The Alchemists: Cinta Abadi

Rose Salah Paham  



Rose Salah Paham  

0"Pasti rasanya akan sangat menyenangkan," kata Rose. "Aku ini anak tunggal, jadi selalu merasa kesepian."     

Rose terdiam. Ia tiba-tiba teringat akan Leon. Dulu, Leon adalah teman terbaiknya, saat ia merasa kesepian karena orang tuanya tidak memiliki anak lain. Hubungan mereka menjadi sangat dekat hingga akhirnya keduanya pun jatuh cinta.     

Ah, sebaiknya ia mengenyahkan pikiran tentang Leon sejauh mungkin. Saat ini Leon sudah menjadi bagian dari masa lalunya. Kalau ia mengungkit tentang pria itu, mungkin Rune akan tersinggung.     

Rose lalu mengalihkan pembicaraan. "Kau umurnya jauh, ya dari kakak-kakakmu? Tapi kalian bisa tetap dekat. Aku salut sekali."     

"Huh? Kenapa kau berkata begitu?" tanya Rune.     

Sesaat kemudian ia segera sadar dan mencubit dirinya sendiri. Tentu saja Rose mengira ia jauh lebih muda dari kedua kakaknya karena ia Aleksis sudah memiliki anak-anak yang berumur dewasa. Vega dan Altair tahun ini berumur 26 tahun.     

Rose pasti menduga Rune ini seumuran dengan keponakannya itu, sehingga ia mengambil kesimpulan bahwa Rune dan Aleksis berbeda umur sangat jauh.     

Duh... kalau sampai Rose tahu bahwa sebenarnya saat ini Rune sudah berusia 42 tahun... apakah gadis itu akan ketakutan? Uff..     

"Ah, keluarga kami memang dekat, sehingga kami sangat akrab, walaupun terpisah jarak dan waktu.. hehehe," kata Rune sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.     

Ia mencengkram gelas wine-nya dan menatap Rose dengan pandangan dalam. Apakah ia dapat membuka semua rahasianya sekarang juga?     

Bukankah hubungannya dengan Rose masih termasuk baru? Nanti kalau Rose tidak dapat menerima keadaannya... siapkah Rune untuk mengucapkan selamat berpisah?     

Ahh... rasanya berat sekali. Ia baru saja mendapatkan hati gadis itu. Ia tak sanggup kalau harus patah hati lagi dalam waktu secepat ini.     

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Rose keheranan.     

Rune tersenyum dan menggeleng lemah. "Tidak apa-apa. Kau sangat cantik, dan aku merasa sangat beruntung memilikimu."     

Rose menunduk dengan pipi tersipu-sipu. "Tumben kau bisa menggombal."     

"Ini bukan gombal... ini sungguhan," kata Rune berkeras.     

"Hmm... baiklah," kata Rose. Ia menaruh gelasnya di meja di samping sofa dan beranjak duduk ke pangkuan Rune.     

Pemuda itu merasakan dadanya berdebar keras saat tubuh sintal Rose menempel ke tubuhnya. Wangi gadis itu yang khas memenuhi hidungnya. Ia sangat menyukai aroma mawar yang selalu dipakai Rose, sangat sesuai seperti namanya.     

Ia meletakkan gelasnya di meja juga dan melingkarkan kedua lengannya di pinggang Rose. Mereka lalu berpelukan beberapa saat  lamanya.     

Pada saat itu juga, Rune sadar bahwa ia tidak sanggup untuk membuka rahasia keluarganya kepada Rose. Ini belum saatnya.     

Ia masih perlu waktu untuk menilai apakah Rose benar-benar dapat menerimanya atau tidak. Ia menatap gadis itu sambil tersenyum. "Terima kasih karena sudah menerimaku kembali dalam hidupmu."     

"Uhmm..." Rose tersenyum balik dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Rune. Ia lalu mendaratkan ciuman di bibir pemuda itu. Mengapa Rune berterima kasih? Roselah yang seharusnya berkata begitu.     

Ia telah mengecewakan Rune dengan tidak menghubunginya untuk waktu yang lama. Rune saat itu pasti merasa sedih dan sakit hati, tetapi saat ia kembali bertemu Rose, sikapnya tetap baik dan menyenangkan.     

Rose tahu ia tidak akan pernah bertemu laki-laki sebaik Rune lagi.     

Mereka berciuman dengan mesra. Jantung Rune berdetak semakin kencang dan naluri kelaki-lakiannya bangkit. Ia mengeratkan pelukannya kepada Rose dan membelai pinggangnya dengan mesra. Saat gadis itu mulai mendesah, Rune menyelipkan tangannya ke balik kemeja Rose dan meremas payudaranya.     

"Ahh... Rune..." suara Rose yang mendesah seksi membuat Rune dipenuhi nafsu. Hatinya bergetar saat ia merasakan gumpalan kenyal di bagian dada gadis itu.     

Ya, Tuhan... apa yang sedang kulakukan? Rune merutuk dalam hati. Ia tidak boleh sembarangan tidur dengan Rose. Ia sangat ingin melakukannya. Tentu saja, ini hal yang diinginkan semua pria normal.     

Apalagi, sepertinya Rose juga menginginkan hal yang sama. Ia telah memberi tanda-tanda ke arah itu. Ia mengganti sofa ruang tamu yang tadinya bisa dibuka menjadi tempat tidur, sekarang hanya untuk duduk. Ia juga menyuruh Rune menaruh barang-barangnya di lemari di kamarnya di loft.     

Rose juga meminta maaf karena tempat tidurnya belum sempat diganti menjadi tempat tidur besar. Ah... itu semua menunjukkan bahwa ia dan Rune akan tidur bersama.     

Ini tentu sangat dinantikan oleh sang pria. Namun, saat mereka benar-benar akan melangkah ke arah sana, tiba-tiba saja pikiran Rune dipenuhi berbagai skenario. Rasanya tidak adil bagi Rose kalau Rune tidur dengannya dan membuat gadis itu terikat lebih jauh sebelum ia menceritakan rahasia keluarganya.     

Bagaimana kalau nanti Rose hamil dan ketika Rune membuka rahasia bahwa ia adalah seorang Alchemist, Rose tidak dapat menerimanya?     

Memang mereka bisa menggunakan pengaman. Tetapi bahkan alat kontrasepsi paling canggih sekalipun bisa saja gagal. Apakah Rune mau mengambil risiko itu?     

"Rose, sayang..." Rune menurunkan tanganya dari dada Rose dan mengakhiri ciuman panas mereka. Rose tertegun dan menatap Rune dengan keheranan.      

"Ada apa?" tanya Rose pelan.     

Rune memejamkan matanya dengan sedih.Ia harus menahan diri dengan susah payah. Ia tidak boleh egois. Jangan sampai karena napsu berahi, ia membuat kesalahan yang sangat besar dan menyakiti Rose.     

Ia lalu membuka matanya dan menatap gadis yang ia cintai itu dengan sungguh-sungguh. "Aku sangat mencintaimu. Aku... sangat ingin bercinta denganmu."     

"..." Rose tersenyum canggung mendengar kata-kata Rune. Rasanya aneh mendengar seorang pria berkata seperti itu, di saat mereka baru bermesraan dan ia tiba-tiba menghentikan pendekatannya. Apakah Rune tidak ingin tidur dengannya? Rose menelan ludah dan bertanya, "Tetapi?"     

Rune menjawab dengan susah payah. "Tetapi.. aku belum siap."     

"Oh..." Rose sama sekali tidak menduga Rune akan menjawab seperti itu. "Kenapa? Apakah kau ada masalah?"     

Bagi Rose, Rune ini adalah pria yang terlalu sempurna. Ia sangat tampan, cerdas, berasal dari keluarga kaya-raya dan memiliki karakter yang sangat baik. Singkatnya, ia adalah pria idaman.     

Jadi sebenarnya Rose merasa akan sangat wajar jika di balik kesempurnaannya itu, Rune menyimpan suatu kekurangan.     

Apakah... ia impoten?     

Ah.. bisa jadi. Mereka belum pernah berhubungan intim sebelumnya. Jadi Rose tidak tahu apakah Rune memiliki masalah di bidang itu.     

Ahem.     

Ah... laki-laki normal mana yang tidak ingin berhubungan seks dengan wanita yang ia cintai? Kalau sampai Rune mengatakan bahwa ia belum siap, tentu ia memiliki alasan kuat. Tidak salah lagi. Pasti ia impoten.     

Duh, Rose merasa sangat kasihan kepada Rune. Laki-laki ini pasti merasa sangat tidak percaya diri. Ia juga pasti mengira Rose akan memandangnya rendah karena masalahnya itu.     

Padahal... Rose sungguh mencintai Rune, dan ia akan menerima pria itu apa adanya.     

Bahkan kalaupun ia menderita penyakit impoten, Rose akan berusaha membantunya untuk bisa sembuh. Dan selama Rune masih belum bisa menggaulinya, Rose akan bersabar. Hubungan cinta itu tidak melulu hanya tentang seks, kan?     

.     

.     

________________________     

Dari Missrealitybites:     

HAHAHAHA... Rose pikir Rune itu impoten. Duh, kesian banget, Rune yaaa... Btw, teman-teman, terima kasih banyak karena sudah bersabar. Cerita "The Alchemists" akan mulai saya tulis lagi mulai minggu ini. Saya akan tulis sampai Rune dan Rose menikah ya. Kita kawal, jangan sampai kendor!     

Ngomong-ngomong, kalian ada yang baca cerita Arya dan Maria di buku saya yang judulnya 1912-1932? Kalau iya, sekarang buku ini ada komiknya lho. Kalian bisa baca di Webtoon. Judulnya sama, 1912-1932. Google aja aplikasi Webtoon dan cari judul tersebut.     

Atau kalian bisa ketik di browser HP: bit.ly/19121932     

Nanti akan ketemu komiknya. Sekarang komik itu saya sedang ikutkan Webtoon Contest. Mohon dukungannya, ya. Tolong like setiap episodenya, lalu share ke saudara-saudara dan teman. Kalau komik itu menang kontes, saya akan mendapatkan sponsor untuk melanjutkan komiknya sampai tamat.     

Terlampir contoh gambar Arya dan Maria di dalam komen. Artist-nya bernama Sukma dan dia sangat berbakat. Gambar-gambarnya benar-benar mewakili Arya dan Maria di kepala saya.     

Kalau kalian mau lihat komiknya sampai tamat, mohon dukungannya yaa... biar komik 1912-1932 ini menang kontes. Siapa tau di masa depan bisa diangkat menjadi film juga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.